Unsurya Jkt (WR3 – 01/08/2024). Mahasiswa Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma (UNSURYA) berpartisipasi dalam Seminar Nasional Keselamatan Penerbangan yang bertema ”Masa Depan Keselamatan Penerbangan dan Kerja: Tantangan dan Peluang di Era Digital Menuju Generative Safety Culture” yang diadakan pada tanggal 1 Agustus 2024 di Puri Ardhya Garini, Jakarta. Seminar ini bertujuan untuk mengupas berbagai aspek keselamatan penerbangan di era digital serta membahas penerapan budaya keselamatan yang proaktif dan adaptif.
Acara ini dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU), akademisi, profesional penerbangan, serta mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki fokus pada bidang penerbangan. Acara ini dibuka dengan Sambutan Kunci (Keynote Speech) oleh Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI M. Tonny H., S.E., M.M. Dalam sambutannya, KSAU menyampaikan bahwa keselamatan penerbangan dan keselamatan kerja bukan hanya sebuah prioritas, melainkan sebuah pondasi utama yang menentukan keberhasilan tugas dan visi misi angkatan udara. Ketika teknologi semakin canggih, maka tuntutan tugas bagi insan dirgantara untuk terus memperbarui kemampuan dan pengetahuannya semakin meningkat. Oleh karenanya, diperlukan juga pemahaman fundamental kepatuhan terhadap peraturan keselamatan yang berlaku di level operasi penggunaan alutsista dan teknologi pendukungnya”, ungkap KSAU.
Narasumber seminar ini, yaitu Lt. Col. Joshua Ramirez (Deputy Chief of Aviation Safety US Pacific Air Force), dr. Retno Wibawanti, Sp.Kp (Sekretaris Prodi Spesialis Kedokteran Penerbangan FKUI), Mark Clark (Deputy Director Safety – Systems Airworthiness Defence Aviation Safety Authority Continuing Airworthiness Assurance). Lt. Col. Joshua Ramirez menyampaikan bahwa ”Artificial Intelligence (AI) mengoptimalkan penerbangan dengan memperbaiki rute, melakukan pemeliharaan prediktif, dan meningkatkan pengelolaan lalu lintas udara, yang secara keseluruhan meningkatkan efisiensi dan keselamatan di industri penerbangan. AI juga dapat menekan risiko dan mengurangi beban kerja dari crew penerbangan”, ungkapnya.
Sebagai narasumber kedua, dr. Retno Wibawanti, Sp.Kp, menyampaikan bahwa ”Fatigue Risk Management System (FRMS) adalah pendekatan proaktif yang terstruktur untuk mengelola risiko kelelahan yang dapat mempengaruhi keselamatan penerbangan. FRMS dapat memonitor dan mengelola kelelahan awak pesawat secara efektif, memastikan mereka selalu berada dalam kondisi optimal saat bertugas. Implementasi FRMS melibatkan pemantauan waktu kerja dan istirahat, serta penilaian terhadap faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko kelelahan”, ungkap dr. Retno. Narasumber ketiga, Mark Clark menyampaikan bahwa ”Mitigasi risiko penerbangan dapat dilakukan berdasarkan data yang akurat. Defence Aviation Safety Authority (DASA) menggunakan Safety Assurance Intelligence System (SAIS) untuk mengumpulkan dan menganalisis data keselamatan penerbangan. SAIS membantu DASA dalam melakukan pengawasan yang efektif berdasarkan analisis risiko, serta mengidentifikasi area yang membutuhkan perhatian lebih untuk meningkatkan keselamatan penerbangan”, ungkapnya. Diskusi dalam sesi tanya jawab membahas topik-topik penting, seperti penerapan teknologi AI dalam analisis risiko, tantangan yang dihadapi dalam integrasi sistem digital dengan protokol keselamatan yang ada, serta pentingnya pengembangan budaya keselamatan yang berbasis pada data dan pembelajaran berkelanjutan.
Rektor UNSURYA, Dr. Sungkono, S.E., M.Si. dan mahasiswa menunjukkan antusiasme yang tinggi dalam acara ini. Mereka aktif berpartisipasi dalam sesi tanya jawab, berbagi pemikiran, dan menjalin jaringan dengan para profesional di industri penerbangan. “Ini adalah kesempatan luar biasa untuk mempelajari lebih dalam mengenai tantangan dan peluang dalam keselamatan penerbangan di era digital. Pembicara dan diskusi yang ada sangat membuka wawasan kami,” ujar Adam, salah satu mahasiswa UNSURYA yang ikut serta.
Seminar ini ditutup dengan harapan bahwa insan dirgantara, termasuk mahasiswa UNSURYA dapat menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam studi dan karir mereka di masa depan, serta terus berkontribusi pada pengembangan budaya keselamatan yang lebih baik dalam industri penerbangan. Mahasiswa UNSURYA dan peserta lainnya diharapkan dapat lebih siap menghadapi tantangan di era digital serta mengambil peluang untuk mengembangkan solusi inovatif demi keselamatan penerbangan yang lebih efektif dan berkelanjutan. (WR3-Bud)